Atsuko, namanya Atsuko Maeda. Umurnya sudah 17 tahun. Sekarang ia duduk di kelas 2 SMA. Dia anak pindahan. Anak pandai pendiam berambut lurus sebahu dengan kacamatanya ini membuat ia terkenal di sekolahnya. Ia selalu membawa semacam buku kecil dimana ia selalu membacanya di waktu senggang. Dia sedikit jauh dari anak-anak lainnya. Entah apa yang membuatnya begini.
Hingga suatu saat, “Kring-kring, kring-krringg…” suara bel sepeda mengganggu jalan Atsuko saat pulang sekolah. Atsuko hanya berbalik dan menatap dalam-dalam siapa yang mengendarai sepeda itu.
“Hei Maeda, mau aku antar pulang?” ajak laki-laki berhidung mancung bibir tipis dengan mengayunkan senyumannya. Atsuko tidak menjawab dan hanya terus berjalan. Laki-laki itu pun mengejarnya. “Aku hanya ingin berkenalan denganmu” sapa laki-laki itu.
Laki laki itu turun dari sepedanya dan segera ia mengayunkan tangannya hendak berjabat tangan. “Aku Masaki, Masaki Yoshinori. Kamu bisa memanggilku dengan nama depanku” Senyum laki-laki itu membuat enggan Atsuko untuk menolak jabatan tangan tersebut. Atsuko membalas senyuman itu dan bergegas pulang.
Memang di sekolah barunya ia belum memiliki teman dekat, bahkan ia tak ingin memiliki teman dekat. Tapi Masaki berbeda. Setiap harinya mereka selalu bersama semenjak hari itu. “Drtt-drrtt” Handphone Atsuko bergetar. Tidak salah lagi itu sms dari Masaki.
“Atsuko, nanti pulang sama aku ya? aku tunggu di tempat parkir” isi sms dari Masaki. Atsuko tersenyum membaca sms tersebut. Atsuko hanya menjawab dengan emoticon senyuman. Mereka pun pulang bersama. Tapi di tengah-tengah perjalanan Masaki berbelok arah. “Masaki kita mau kemana?” tanya Atsuko gugup. “Tenang aja, aku mau ajak kamu ke taman” Jawab Masaki tenang.
Mereka pun sampai ke taman tersebut. Masaki mengajak Atsuko untuk duduk di tempat duduk yang ada di taman tersebut. “Untuk apa kamu mengajakku kesini?” tanya Atsuko keheranan. “Aku hanya ingin menghiburmu” jawab Masaki dengan senyumnya. “Kau hanya membuang waktuku!” gerutu Atsuko. “yee.. jangan cemberut gitu dong, cantiknya hilang tuh, tuh..” ledek Masaki. “Apaan sih” Sanggah Atsuko malu-malu. “Apa ini?” Masaki meraih buku yang selalu ada di pelukan Atsuko. “Perawat? kamu ingin jadi perawat?” tanya Masaki keheranan. “Buku itu berharga buatku, kelak aku ingin jadi perawat.” Jawab Atsuko sambil memandangi langit biru kala itu. “Aku ingin melindungi orang yang berada di dekatku, aku ingin menolong semua orang, aku tidak ingin hal itu terjadi lagi.” tambah Atsuko yang masih tetap melihati langit biru itu. “Keja-” Sentak Masaki. “1 Tahun lalu, di sekolah lamaku. Aku mempunyai sahabat waktu itu. Dia sangat baik kepadaku. kami saling menyayangi. Hingga waktu itu.” Atsuko berhenti. “Kenapa!?” bentak Masaki. “Waktu itu, ketika aku mau menyeberang jalan, tiba-tiba ada sedan hitam datang dari arah kanan. Aku gak tahu apa yang harus aku lakuin. Aku hanya teriak waktu itu. Tapi tiba tiba sahabatku datang. Ia mendorongku sampai aku tersungkur. Tapi apa? dia yang tertabrak. Aku terdiam, aku gak bisa ngomong apa-apa. Aku-aku,”
Tiba-tiba tangan Masaki membasuh tetesan air yang tidak lain adalah air mata Atsuko. Atsuko tidak bisa melanjutkan ceritanya. Ia sempat depresi, tidak masuk sekolah hingga ia dipindahkan ke sekolahnya sekarang. “Aku jadi mengerti” Masaki pun memeluk Atsuko yang masih menangis tersedu-sedu.
Sejak saat itu mereka berpacaran. Waktu demi waktu mereka lewati bersama. Mereka pun sudah tumbuh dewasa. “Tulalit-tulalit” suara handphone berbunyi.
“Sayang,” sapa Masaki di dalam telepon. “Iya, sayang” Jawab Atsuko senang. mereka memang sudah mulai jarang ketemu. kesetiaan yang membantu mereka melewati semua ini. “Sayang nanti malam ada acara enggak? Aku mau ajak kamu makan malam di tempat biasa.” ajak Masaki. “Nggak ada kok, iya deh nanti jemput aku ya?” Atsuko. Iya sayang, sampai nanti” salam Masaki. “Iya sayang” Jawab Atsuko.
Pukul 7 malam tepat, Masaki sudah sampai di depan rumah Atsuko. Atsuko sekarang jauh lebih berbeda. Sekarang ia lebih cantik dengan rambut panjangnya. “Kau tampak cantik dengan gaun itu” rayu Masaki. “Makasih sayang” Balas Atsuko dengan senyuman.
Mereka pun telah sampai ke tempat makan yang dijanjikan Masaki. Awalnya mereka hanya berbincang biasa-biasa sambil bercanda sampai akhirnya. “WILL YOU MARRY ME?” kata-kata yang tertera di sebuah kartu ucapan yang tertempel di seikat bunga mawar. Atsuko sangat bahagia. dia tidak tahu mau mengucapkan kata sepatah pun. Kejutan belum habis. Ketika Atsuko sedang makan kue, tiba tiba ia merasakan sesuatu yang keras yang telah ia gigit. “Apa ini?” Seru Atsuko. “Lihat aja pasti kamu kaget” ucap Masaki yang membuat Atsuko semakin penasaran. Dan ternyata benda keras itu ialah cincin. Atsuko tidak pernah merasakan sebahagia ini. Mereka menghabiskan malam itu penuh cinta.
Pertemuan keluarga kerap dilakukan. Penentuan tanggal akad nikahnya pun sudah mulai menuju mufakat. Atsuko pun telah menjadi perawat tetap di Rumah Sakit kota tersebut.
Tapi pada suatu ketika. Pagi itu pukul 2 pagi. “tok-tok-tok” suara ketukan pintu di rumah Atsuko. Atsuko pun segera bangun dan penasaran siapa yang datang subuh-subuh begitu. Ia sempat mengintip melalui jendela rumahnya. Dan ternyata yang datang ialah Masaki. Atsuko kaget. Atsuko segera membukakan pintu dan menyuruh Masaki untuk masuk karena di luar sangatlah dingin. Tapi Masaki hanya terdiam. Dia hanya menatap Atsuko dalam-dalam. Wajahnya sangat pucat. Atsuko mulai khawatir.
“Kamu tidak mau masuk? Mau aku buatkan teh atau coklat panas?” tawar Atsuko. Tapi Masaki hanya terdiam dan tetap menatap mata Atsuko. Tiba-tiba ia memeluk Atsuko erat-erat dan membisikkan “Aku mencintaimu” Atsuko pun membalasnya “Aku juga mencintaimu” setelah beberapa menit Masaki melepaskan pelukannya.
“Aku harus pergi!”
“Pergi? Mau pulang ya? Bentar aku ambilkan jaketmu yang pernah aku pinjam dulu” Atsuko pun mengambil jaket tersebut. Namun setelah kembali ke teras Masaki sudah tidak ada. Atsuko mencari-cari di jalan namaun Masaki sudah menghilang. Ia pun kembali ke rumah dan melanjutkan istirahat.
Keesokan harinya ia mendapati sebuah telpon. “Halo, halo? Atsuko?” sapa orang yang menelpon tersebut. “Iya, ini siapa ya?” jawab Atsuko. “Ini Tante nak, mamanya Masaki Nak..”
“Oh, iya tante ada apa? Kok gugup gitu?” tanya Atsuko keheranan.
“Mi-misaki nak. Misaki meninggal dunia jam satu pagi hari tadi” Mama Masaki menangis tersedu-sedu.
“Apa? Tante, jam 2 tadi Masaki ke rumah saya” Atsuko masih belum percaya apa yang telah terjadi. “Kamu cepat kesini nak” Mama Masaki langsung menutup telpon tersebut. Atsuko masih belum percaya. Ia tidak mau kejadian ini terjadi. Ia tak mau orang terdekatnya meninggal lagi. Ia pun segera pergi ke rumah Masaki dengan membawa jaket yang pernah Masaki pinjamkan kepadanya.
Ia pun telah sampai di rumah Masaki. Namun yang terjadi ialah benar. Masaki telah tiada. Ia menangis, ia tak percaya, mengapa ini semua terjadi kepadanya.
Hari-hari sudah dilewatinya tanpa Masaki. Sekarang ia sudah aktif lagi menjadi perawat. Sekarang ia akan menggapai cita-citanya lagi. Akan berusaha untuk tidak kehilangan orang terdekatnya lagi dan lagi.
Cerpen Karangan: Baskara Hariadi
Facebook: https://www.facebook.com/SanCieraBaskara
Profil Penulis:
ini tulisan pertamaku sih, ribet juga buatnya. entahlah berhasil atau tidak. ^_^