Friday, July 31, 2015

Titik ajal kematian

“Apa? Loe gak bohong kan, Sya?” ujar gua.
“gak Kar… gua gak bohong!” jawab Syara.
“Loe yang sabar ya, Sya. Loe jangan percaya omongan dokter, dokter itu bukan Tuhan yang dapat nentuin hidup dan matinya seseorang!”

Syara terlihat sangat sedih dengan keadaannya sekarang. Baru saja dia tenang dengan masalah keluarganya tapi sekarang sudah ada masalah baru lagi di kehidupan dia. Sungguh aku kasian melihat Syara yang seperti ini.

Butiran air bening keluar dari kedua matanya. Wajahnya yang polos, membuat rasa ibaku selalu ada untuk dia. Bagiku Syara adalah sahabat terbaikku, bahkan dia sudah aku anggap sebagai saudaraku sendiri. Dia selalu ada dalam setiap apapun keadaanku. Tuhan tidak adil menurutku. Kenapa orang sebaik Syara harus dapat cobaan yang begitu berat, sedangkan di luar sana orang yang tak pernah menjalankan perintah-Nya selalu mendapat kesenangan?

Hari ini gua dan Syara pergi ke RS Hariyanto untuk memeriksakan keadaan Syara sekaligus Kemoterapi.
“Kar, aku takut.” Ujar Syara ketakutan.
“Udah tenang aja aku ada disni. Aku akan nemenin kamu disini.”
“Kar, aku boleh minta tolong sama kamu?”
“Apa? Aku pasti bantuin kamu.”
“Kar aku sudah gak punya siapa-siapa lagi. Hanya kamu dan Dandi yang aku punya saat ini.” Ujar Syara.
“Maksud kamu ngomong gitu apa, Syar?”
“Aku ingin kamu jangan bilang ke Dandi masalah penyakitku. Aku takut dia khawatir sama keadaanku dan kuliahnya disana menjadi berantakan gara-gara mikirin keadaanku. Kamu bisa kan?”
“Tapi, Syar…”
“Kar kamu sudah janji ke aku kalau kamu bisa ngabulin permintaanku kan? Aku mohon. Ini semua juga demi Dandi.”
“Baiklah aku bakalan jaga rahasia ini dari Dandi.”

Dandi adalah cowok Syar, mereka berdua saling mencintai. Cinta mereka sangat suci. Tapi sekali lagi Tuhan memang tidak adil. Jika aku boleh memohon dan berandai-andai aku rela penyakit Syara dipindahkan ke tubuhku. aku rela Tuhan!!!

Aku tak tega melihat Syara terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya begitu pucat dan tubuhnya kini menjadi dingin. Tak ada lagi Syara yang selalu ceria, tak ada lagi Syara yang selalu menebarkan setiap senyumannya. Tak ada lagi Gadis Kecil yang Kuat. Dia begitu lemah seperti mayat hidup. Nyawanya kini hanya bergantung pada kabel-kabel yang ada di tubuhnya.
“Tuhan, kenapa engkau tega melakukan ini pada orang yang baik seperti Syara? Aku rela Tuhan, jika aku yang menggantikan posisi Syara saat ini. Aku rela.” Rintihku.

Took… took… took…
“Iya, sebentar!” teriakku. Ku berjalan ke depan rumah dengan langkah yang tergesa-gesa.
Dan…
“Surprize…!”
Seseorang itu, orang yang aku nanti akhirnya datang juga. Setelah lama aku menanti kedatangan orang ini.
Ekspresi kaget yang ada di wajah tampannya tak dapat ia sembunyikan saat ia tahu yang keluar dari dalam rumah bukanlah orang yang ia harapkan berada di hadapannya saat ini, melainkan aku, Karin.
“Loh Karin, kok kamu…? Syara mana?”
“Emm… hay Dandi.. e..e.. ma.. masuk dulu yuk.”
“Iya.”

Ketegangan, itulah suasana yang tercipta di rumah ini. Tubuhku bergetar saat berhadapan dengan Dandi. aku merasa tubuhku tiba-tiba berubah menjadi panas-dingin. Aku bingung harus memulai percakapan darimana.
“Kar, Syara dimana? Aku ingin ketemu sama dia! Aku sudah kangen sama dia dan aku ingin segera ketemu sama dia.” Ujar Dandi memecah keheningan.
“Emm… anu… anu.. Dan… ah aku bingung harus jelasin gimana ke kamu.!?”
“Maksud kamu apa, Kar?”
“Kamu ingin ketemu sama Syara?”
“Iya.”
“Kalau gitu, ayuk ikut aku.!”

Aku berjalan ke luar rumah, mengantarkan dandi menemui Syara, kekasihnya. Aku diam seribu bahasa, tak ada kata yang terucap di antara kami. Sekilas aku melirik Dandi, dia terlihat bingung dengan suasana saat ini.

Tak butuh waktu yang lama untuk mengantar Dandi bertemu dengan Syara. Tersirat tatapan bingung di mata Dandi. Air mata yang sudah aku bending dari tadi sudah tak kuat lagi aku bendung saat ini.
“Maksud kamu bawa aku ke tempat ini apa, Kar?”
“Ini Syara, Dan. Dia ada di dalam situ! Maafin aku kalau selama ini aku gak cerita sama kamu, karena aku sudah janji sama Syara gak bakalan cerita sama kamu. Dan ini ada surat dari Syara untuk kamu. Sabar ya..” ujarku sambil menyodorkan sepucuk surat.

To: Dandiku
Hallo sayang. Bagaimana kabar kamu? Baik-baik saja kan..?
Oia, jangan marah ya sayang, jangan marahi Karin. Karin gak salah sama kamu, aku yang salah karena aku memaksa dia untuk menyembunyikan ini semua dari kamu.
Aku tau kamu lagi konsentrasi sama kuliah kamu, dan aku gak mau ganggu fikiran kamu.
Jangan cengeng dong!? Masak laki-laki cengeng sih? Senyum dong sayang..!
Kamu jangan sedih ya, karena walaupun raga kamu jauh sama aku dan kita sudah berbeda alam, hatiku selalu dekat sama kamu.
Aku bakalan tunggu kamu di surga. Senyum dong..jangan nangis terus!!
Love you, Dandi

Bituran air jatuh di mata Dandi yang indah itu dan membasahi kedua pipinya yang cabi. Aku mencoba untuk menenangkan Dandi dan menghibur dia.
“Aku sayang sama kamu Sya. Selamanya…!!!”
Itulah kata terakhir yang sempat aku dengar dari Dandi. Dan setelah kejadian itu Dandi pergi ke Amerika untuk melanjutkan syudinya sekaligus ia akan menetap disana. Mungkin dia ingin menenangkan dirinya.

Dan akulah yang akan menjaga Syara serta keluarganya. Menjaga semua kenangan Syara yang masih tersisa di hatu setiap orang yang pernah kenal dan mengenal Syara. Semoga kamu tenang disana Sya. Kami semua sayang sama kamu.

The End

Cerpen Karangan: Sri Wahyuni
Facebook: Yhunie Chi Kheke

Related Posts

Titik ajal kematian
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.