Friday, July 31, 2015

KARTU UCAPAN TERAHIR

Mesya dan Elika adalah sahabat sejati, dari Kecil mereka sudah berteman. Mesya menganggap Elika adalah saudaranya sendiri, begitu juga Elika. Mereka bersekolah di SDN 045 jakarta, mereka sekelas dan tempat duduknya pun bersama-sama.

Pada suatu hari, Ibu Mesya memberitahukan Mesya akan hari Ulang tahunnya. Mesya sangat senang, ia sangat lupa jika hari itu adalah hari kelahirannya. Mesya bersemangat ingin pergi ke rumah Elika, sahabat sejatinya untuk mengantarkan Undangannya menggunakan sepeda merah jambu. Ia segera berpamitan pada ibunya dan mengucap kan salam, Mesya pun pergi naik sepeda kesukaannya.

Sesampainya di rumah Elika, ia hanya melihat pintu Rumah Elika tertutup rapat. Ia sudah mengetuk pintu rumah Elika berulang-ulang, namun tidak seorang pun yang membukakan pintu untuknya. Ia pun mengetuk pintu rumah Elika sambil mengucapkan salam sekali lagi, dan sekali itu juga tidak ada yang membukakan pintunya.
“aduh.. kemana ya, Elika? Apa ia sedang pergi bersama keluarganya ya? tapi jika ia pergi, ia juga tidak akan ada di pesta ulang tahunku nanti dong.. aduh.. gimana ini?” kata Mesya, ia segera meraih Handphone miliknya dan menghubungi Elika. Namun, Ia tidak menjawab. Mesya pun menelepon lagi, dan tidak di jawab lagi. Ia pun menaiki sepedanya dengan lemas, dan mulai berfikir akan kemana ia agar bertemu dengan Sahabatnya Elika.
“apa aku ke rumah Syasa aja ya? mana tahu Elika ada di sana.. dia kan suka boneka Barbie nya Syasa..” kata nya sambil mengayuh sempedanya kembali, dan sampai lah di rumah Syasa.
“Assalamualaikum.. Syasa..,” katanya sambil mengetuk pintu, untuk kali ini sekali ia mengetuk pintu. Sudah ada orang yang membukakan pintu itu, dia adalah seorang wanita cantik memakai jilbab tidak lain tidak bukan ia adalah Mamanya Syasa. Mesya pun bertanya apakah di dalam rumah itu ada Syasa di sana, Mama Syasa pun memanggil Syasa dan muncul lah Syasa dengan memegang boneka Barbie kesukaannya.
“ada apa Mesya, sampai repot-repot ke rumah ku? Mari masuk dahulu ya…” kata Syasa sambil membukakan pintu lebar-lebar.
“gini lho Sya, apa tadi Elika ada main ke rumah kamu ya?” kata Mesya,
“enggak kok, dari pulang sekolah tadi dia tidak datang main ke rumahku..” kata Syasa,
“aduh.. dia ke mana ya? tadi aku nyusul ke rumahnya, dengan berencana bermain dengannya dan sekaligus untuk mengantarkan undangan ini untuknya. Ini undangan Ulang tahunku nanti malam, oh ya. ini buat kamu, temanya Kerajaan Disney. Jadi kamu harus pakai baju Putri ya, Sya” kata Mesya dengan lesu
“oh, ya? terimakasih, tapi ngomong-ngomong aneh juga ya. kok sudah dua hari ini Elika gak datang ke rumah aku, biasanya jika jam segini dia datang sih” kata Syasa, Mesya mengangguk dan permisi dengan Syasa. Ia pun kembali mengayuh sepedanya, ia pun mencari Elika ke rumah Rangga.
“assalamualaikum, Rangga…” katanya sambil mengetuk pintu
“iya, ada apa?” kata Rangga,
“Rangga, tadi apa Elika datang ke rumah mu ya?”
“tidak kok, dari tadi aku di rumah. Dia gak datang sama sekali dan aku tidak tahu dimana” kata Rangga
“oh, gitu… oh., ini ada undangan buat kamu, hari ini temanya kerajaan Disney. Datang ya, tapi kamu pakai baju Pangeran..” kata Mesya, Rangga menerima undangan itu dengan senang hati. Dan Mesya pun pergi lagi memakai sepedanya, ia masih lesu karena belum bertemu pada Elika. Ia berkeliling dan berkeliling terus sambil menyebarkan undangan Ulang tahunnya, tetapi tidak seorang pun mengetahui dimana Elika sahabatnya.

Akhirnya semua undangan ulang tahunnya itu sudah tersebarkan kecuali undangan Elika, akhirnya ia pulang menaiki sepedanya. Ia tidak sengaja melewati Rumah Elika, kali ini pintu terbuka lebar. Ada sedikit harapan untuk menemui Elika dan memberi undangan itu, namun di sana tidak ada Elika. Yang ada hanya ibunya saja,
“ibu, Elika nya mana ya?” kata Mesya,
“em.. mm.. anu.. ia lagi main di rumah saudaranya, rumah saudaranya itu jauh sekali.. makanya tadi rumahnya kosong… mm.. iya, iya” kata-kata Ibu Elika membuat Mesya lesu, ia pun menitipkan undangan ultahnya untuk Elika pada ibu Elika.

Pada malam perayaan ultah Mesya, semua hadir.. namun satu lagi yang tidak hadir yaitu Elika, sesampai acara di mulai. Elika tidak tampak sedikitpun, Mesya lemas saat meniup lilin.. ia merasa Elika tidak peduli lagi terhadap Acara Ultahnya, dan akhirnya. Ibu dari Elika datang ke rumah Mesya, mimik wajahnya sedih dan mengeluarkan Air Mata.
“Mesya, maafkan ibu. Ibu sebagai Wakil dari Elika datang ke sini untuk memberikan ini pada mu… tolong jangan membenci Elika” kata Ibu Elika sambil mendaratkan air mata, Mesya bingung. Ia pun pelan-pelan dan ternyata isinya:

Sahabatku, Mesya Andrina Winata…
Maafkan aku tidak bisa hadir di acara istimewa mu… yaitu adalah Hari Ulang tahunmu…
Aku sekarang terbaring tidak berdaya di rumah sakit, aku tahu hari ini adalah hari kelahiranmu…
Aku benar-benar tidak bisa bergerak, kata dokter aku menderita kanker Darah… jadi aku tidak bisa datang menghadiri acara ulang tahun mu, aku sudah tahu dari dulu aku menderita penyakit ini. Tetapi aku tidak mau kamu sedih Cuma karena aku.. aku Cuma mau kamu senang, maafkan aku jika aku tidak beritahu kamu selama ini… maafkan aku Mesya…
Mungkin ini adalah Kartu Ucapan Terakhir aku untuk kamu Mesya… maaf kan aku dan Selamat ulang tahun ya Mesya…
Dari sahabat mu…
Elika
Elika Nasya Febrina

Mesya langsung terduduk setelah membaca surat itu, ia lemah terkulai setelah membaca sepucuk kartu ucapan tersebut. Ia tidak bisa berkata apa-apa selain melihat ibu Elika dan kedua orangtuanya, ia lari ke luar dan ingin mengejar Elika. Namun ia dicegah oleh ayahnya, ia pun bertanya Pada Ibu Elika
“ibu.. bu farah.. em.. di.. di.mana Elika bu, bu… bu tolong aku ka..si.. tahu di mana Elika bu!!” kata Mesya gugup
“Elika sudah meninggal Mesya..!” kata Ibu Elika dengan sedih, Mesya sedih dan menangis tersedu-sedu..

Dan itulah Kartu Ucapan Terakhir dari Elika

Cerpen Karangan: Aulia Febi Rahmah
Facebook: Fera Alya

Related Posts

KARTU UCAPAN TERAHIR
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.